Sabtu, 09 Maret 2013

Analisis Novel Ayat-Ayat Cinta dan Kritik Sastra


ANALISIS NOVEL AYAT AYAT CINTA
DAN KRITIK SASTRA

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
            Dalam matakuliah bahasa, yang harus dipelajari adalah mengenai bab sastra karena itu merupakan dasar dalam pembelajaran suatu materi. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pedoman atau ajaran. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1990:3). Sastra juga merupakan kegiatan yang menjadikan diri kita menjadi lebih kreatif, lebih inovatif, dan dapat berpikir lebih kritis. Dalam sastra terdapat berbagai macam teori antara lain formalisme, marxisme, strukturalisme, resepsi sastra, feminisme, semiotika, dan psikoanalisis.
            Dalam sastra tentunya juga akan terbesit dalam diri untuk menciptakan sebuah karya sastra. Karya sastra adalah sesuatu hal yang berhasil diciptakan oleh pengarang itu sendiri. Sastra dan karya sastra cukup erat kaitanya dengan ilmu sosial yang mencakup hubungan masyarakat dengan peristiwa yang terjadi di kehidupan. Kebanyakan dari karya sastra banyak yang mengaitkan antara diri penulis dengan apa yang ada di alam nyata. Terkadang ada juga pengarang yang hanya berimajinatif belaka dalam membuat karya sastra untuk menuangkan ide-idenya tersebut.
            Dalam makalah ini penulis nantinya akan mengkaji mengenai teori strukturalisme. Teori strukturalisme akan membahas mengenai isi novel secara utuh atau secara keseluruhan yang mengacu pada kritik sastra.  Kajian model ini dapat dikatakan sebagai unsur instrinsik. Dalam novel Ayat Ayat Cinta nantinya penulis akan membahas mengenai tema, alur, penokohan, perwatakan, sudut pandang, dan amanat. Permasalahan inilah yang ingin dikaji oleh penulis dalam makalahnya ini.




2. Permasalahan
            Permasalahan yang diangkat dari novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy adalah berbagai unsur instrinsik yang juga terdapat dalam novel tersebut. Dari batasan masalah di atas, permasalahan dalam pembahasan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara menerapkan teori strukturalisme pada novel “Ayat Ayat Cinta”?
2.      Bagaimana cara kritik sastra pada novel “Ayat Ayat Cinta”?

3. Tujuan Pembahasan
            Tujuan pembahasan dari novel Ayat Ayat Cinta ini adalah menerapkan teori strukturalisme serta mengkritik sastra pada novel tersebut.

4. Manfaat Pembahasan
            Pada pembahasan ini diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan kepada pembaca dalam menganalisis sebuah karya sastra dari teori strukturalisme serta mengkritik sastra yang berguna untuk menambah dan mengembangkan kemampuan pembelajaran sastra melalui kegiatan menganalisis sebuah karya sastra.
5. Definisi Operasional
            Pada pembahasan makalah ini, istilah-istilah yang akan digunakan adalah:
1.      Teori strukturalisme adalah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks.
2.      Tema adalah ide pokok yang mendasari suatu cerita
3.      Tokoh adalah para pemain yang ada di dalam cerita dan digunakan penulis sebagai perantara untuk menyampaikan nilai-nilai dalam cerita.
4.      Perwatakan adalah karakter, sifat, dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing tokoh yang ada dalam cerita. Perwatakan ini dapat berupa gambaran fisik atau sifat dan dapat disampaikan secara tersurat maupun tersirat.
5.      Setting atau latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang digambarkan dalam suatu cerita.
6.      Alur atau plot adalah jalan cerita yang menampilkan peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam cerita.
7.      Amanat adalah niali atau pesan yang disampaikan penulis untuk pembaca melalui cerita yang disuguhkan.
8.      Sudut pandang adalah cara pengarang memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.

B. KAJIAN PUSTAKA dan PENDEKATAN YANG DIPAKAI
1. Kerangka Teori
1.1  Teori Strukturalisme
            Teori strukturalisme yang dipakai pada pembahasan kali ini mengacu pada novel Ayat Ayat Cinta. Dalam karya Saussure secara berurutan karya para penulis aliran Praha, strukturalisme muncul sebagai pendekatan terhadap linguistik. Namun dalam bentuk teori sosial, strukturalisme paling tepat didefinisikan sebagai penerapan model-model linguistik yang dipengaruhi oleh linguistik struktural untuk menjabarkan fenomena sosial dan kultural.
            Dalam wacana ilmu-ilmu sosial, strukturalisme merupakan penerapan analisis bahasa ke wilayah sosial. Realitas sosial adalah teks atau bahasa dan bahasa selalu memiliki dua sisi, bahasa sebagai parole (tuturan percakapan lisan sebagai sisi eksekutif bahasa) dan sebagai langue (sistem tanda atau tata bahasa), dan sebagai “tanda” (sign), dalam bahasa ada dua aspek: “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified). Semenjak strukturalisme inilah muncul pendapat bahwa bahasa sebagai sistem tanda bersifat arbiter.
            Percampuran antara ilmu sosial dan ilmu bahasa telah melahirkan perspektif baru yang membuka jalan bagi perkembangan kedua bidang ilmu tersebut. Ilmu bahasa semakin berkembang berkat penemuan-penemuan dalam bidang antropologi.     Demikian juga yang terjadi pada ilmu sosial atau antropologi yang perkembangannya banyak dipengaruhi oleh para ahli bidang linguistik.

2.Pendekatan yang dipakai
            Dalam pembahasan ini, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural adalah suatu cara pendekatan kepada karya sastra yang mengacu pada kritik sastra yang didasarkan pada model analisis teori linguistik modern.
C. PEMBAHASAN ANALISIS DATA
Menerapkan teori strukturalisme pada novel “Ayat Ayat Cinta”
1.    Menganalisis dari segi tema
            Tema yang dapat diambil dalam novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy yaitu bertema perjuangan dalam melawan ketidakadilan.
Dapat dibuktikan dengan:
Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Di persidangan Noura yang tengah hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah anak Fahri. Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam itu yaitu malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam di mana Fahri memperkosanya. Maria sedang terluka lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Pernikahan itu berlangsung di rumah sakit. Aisha berharap dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya. Aisha berharap agar harapannya menjadi kenyataan. Akhirnya Maria dapat membuka matanya dan bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Satu persatu orang Indonesia yang ada di dalam ruangan itu memberi selamat dengan wajah baru. Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar  Fahri memaafkan Noura”.

            Dari kutipan novel “Ayat Ayat Cinta” di atas, dapat kita simpulkan bahwa cerita tersebut mengambil tema perjuangan dalam melawan ketidakadilan. Perjuangan yang dilakukan oleh Aisha untuk Fahri. Aisha tahu bahwa waktu itu Maria yang bersama Noura malam itu yaitu malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam di mana Fahri memperkosanya. Akhirnya kebusukan Noura terungkap di hadapan khalayak umum. Noura merasa malu dihapan umum. Namun Fahri telah memaafkan Noura.

2.    Menganalisis dari segi tokoh
            Dalam sebuah novel pastinya selalu ada tokoh utama dan tokoh pembantu yang terlibat dalam novel “Ayat Ayat Cinta”. Tokoh utama biasanya sering muncul di setiap cerita, sedangkan tokoh pembantu hanya muncul sesekali saja, tidak terlalu sering seperti tokoh utama.
Tokoh utama dalam novel “Ayat Ayat Cinta” :
1.      Fahri
2.      Maria
3.      Aisha
4.      Nurul
5.      Noura
Tokoh pembantu dalam novel “Ayat Ayat Cinta” :
1.        Saiful
2.        Hamdi
3.        Tuan Boutros
4.         Madame Nahed
5.        Bahadur
6.        Madame Syaima
7.        Eqbal Hakan Erbakan





3.    Menganalisis dari segi perwatakan
            Dalam novel “Ayat Ayat Cinta” ini, para pemerannya memiliki perwatakan atau penokohannya sendiri-sendiri. Semuanya itu dapat dilihat dari karakter, sifat, dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing tokoh yang ada dalam cerita. Perwatakan ini dapat berupa gambaran fisik atau sifat dan dapat disampaikan secara tersurat maupun tersirat.
Dapat dibuktikan dengan :
Tokoh utama:
1.    Fahri : Rajin, pintar, sabar, tepat waktu, ikhlas, ulet, penolong, sholeh, aktifis, pintar dalam memimpin, dan penuh dengan target.
            Sekarang Fahri terfokus pada ujian yang sangat menentukan. Jika proposalnya ditolak maka ia harus menunggu setengah tahun lagi untuk             mengajukan proposal baru”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:78)
Terbukti bahwa Fahri merupakan anak yang rajin. Ia harus tetap terfokus dengan kelulusan yang sudah ada di depan mata.
2.    Maria : Ceria, rajin, pintar, fisik lemah, dan manja.
            “Bisa nitip?”
            “Belikan disket. Dua. Aku malas sekali keluar”.
            “Baik, insyaallah”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:78)
Terbukti bahwa Maria memiliki sifat manja dan fisik lemah. Ia malas untuk keluar sehingga harus titip dibelikan disket oleh Fahri
3.    Aisha : Cermat, lembut, sabar, ikhlas, pintar, sholehah, dan baik hati.
“Selesai pelatihan kami mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke Alexandria. Dengan cermat Aisha mendata semua keperluan yang harus dibawa”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:293)
Terbukti bahwa Aisha memiliki sifat yang cermat dan teliti sekali dalam melakukan segala hal. Hal ini dapat mengurangi hal kecerobohan dalam melakukan suatu tindakan.
4.    Nurul :  Rajin, pintar, kaku, emosi, dan sholeh.
            “Nurul memberikan kesaksian dengan suara terbata-bata menahan emosi”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:344)

Terbukti bahwa Nurul dapat mengendalikan emosinya walaupun ia sedang dalam posisi marah.
5.    Noura : Tertutup, sulit di tebak, pintar, jahat, dan pendiam.
            “Ia tidak mau mengaku. Hanya itu yang bisa kudapat. Kami sekeluarga      hanya bisa membantu sampai di sini”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:81)
Terbukti bahwa Noura orangnya sangat tertutup. Ia tidak mau menceritakan hal yang dialaminya kepada orang lain. Dia hanya menyimpan dalam hatinya saja.

Tokoh pembantu:
1.    Saiful: baik hati
            “Saif. Jangan lupa pesanku tadi!” kembali aku mengingatkan sebelum         membuka pintu.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:20)
Terbukti bahwa Saiful sangat baik hati, ia mau membelikan pesanan yang dipesan oleh Fahri.
2.    Hamdi: baik hati
            “Sudah bawa air putih, Mas?”
(Ayat Ayat Cinta, 2005:19)
Terbukti bahwa Hamdi memiliki sifat baik hati.
3.    Tuan Boutros : baik hati
“Akhirnya tuan Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restoran mewah. Cleopatra restaurant namanya. Terletak di pinggir sungai Nil. Bersebelahan dengan good shot dan maadi yacht club”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:285)
Terbukti bahwa Tuan Boutros sangat baik hati. Beliau mengajak Fahri beserta teman-temannya untuk malan malam di pinggir sungai Nil.
4.    Madame Nahed : baik hati dan murah hati
            Madame Nahed tersenyum, “Oh ya, dengan senang hati.”
(Ayat Ayat Cinta, 2005:124)
Terbukti bahwa Madme Nahed sangat baik hati, mempersilahkan Fahri untuk duduk di kursi depan.
5.    Bahadur : jahat, dendam, kasar, dan tidak bisa menghargai orang lain.
            “Ayah Noura yang bernama Bahadur itu memang keterlaluan. Bicaranya    kasar dan tidak bisa menghargai orang. Seluruh tetangga di apartemen ini       dan masyarakat sekitar jarang yang mau berurusan dengan Si Hitam             Bahadur”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:74)
Terbukti bahwa Bahadur memiliki watak yang jahat. Ia tega menyeret anaknya saat tengah malam. Kejadian itu tidak terjadi satu dua kali saja, tetapi hampir setiap hari terjadi.
6.    Madame Syaima : jahat
            “Madame Syaima tidak memperdulikan walaupun Noura dipukul oleh        ayahnya”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:78)
Terbukti bahwa watak Madame Syaima juga jahat. Ia tidak memperdulikan anaknya yang bernama Noura walaupun sedang disiksa oleh ayahnya.
7.    Eqbal Hakan Erbakan : baik hati
            “Sampai di halaman rumah Eqbal aku melihat tiga mobil mewah berjajar.    Rumahnya ada di lantai tiga sebuah villa mewah tak jauh dari KFC Maadi.           Sebelum masuk kuhapus airmata, kutata hati, dan jiwa. Aku berusaha          tersenyum. Aku disambut hangat oleh Eqbal”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:234)
Terbukti bahwa paman Fahri yang bernama Eqbal tersebut sangat menyayangi Fahri sebagai keponakan. Ia menyambut hangat saat Fahri datang ke rumahnya.





4.    Menganalisis dari segi Setting atau latar
     Dalam menganalisis setting sebuah novel, ada tiga hal yang harus dianalisis yaitu tempat, waktu, dan suasana.
A.  Tempat
a.    Mesir Kairo Al-azhar
“Tengah hari ini, kota Kairo seakan membara. Matahari berpijar ditengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat, yang ada dalam apartemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela, dan tirai tertutup rapat”.
                                                                                    (Ayat Ayat Cinta, 2005:15)
Dalam petikan kata yang diambil dari novel sudah terbukti dengan bahwa tempat berlangsungya cerita novel ini ad di kota Kairo.

b.    Flat
“Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruanagn jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat berjamaah di masjid.
Panggilan azan Zuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar tebal imannya.
Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam terjangan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tiada kenal kesah, tetap teguh berdiri seperti yang dititahkan Tuhan bertasbih siang malam”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:15)
Dalam cuplikan dari novel “Ayat Ayat Cinta” tersebut menyebutkan bahwa tempat juga terjadi di dalam flat. Flat adalah sebuah hunian sejenis apartemen.

c. San Stefano, Alexandria
“Selesai pelatihan kami mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke Alexandria. Dengan cermat Aisha mendata semua keperluan yang harus dibawa”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:293)
Terbukti bahwa tempat juga terjadi di daerah Alexandria.
d. Masjid
Panggilan iqamat terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu terdengar sangat menentramkan hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masih terbuka lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah Masjid Al-Fath Al-Islami”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:29)
Dengan menggunakan kata kunci kata-kata iqamat, itu telah membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di dalam masjid
e.Restoran
“Akhirnya tian Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restoran mewah. Cleopatra restaurant namanya. Terletak di pinggir sungai Nil. Bersebelahan dengan good shot dan maadi yacht club”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:285)
Sudah terlihat jelas bahwa tempat saat itu adalah restoran.
f.Penjara
“Aku dibawa ke markas polisi Abbasca. Diseret sperti anjing kurap. Lalu diinterogasi habis-habisan, dibentak-bentak, dimaki-maki dan disumpahserapahi dengan kata-kata kotor”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:307)
Terbukti bahwa tempat pada saat itu adalah penjara. Terlihat dariata kuncinya yaitu markas polisi.
 g.Rumah sakit
“Menjelang maghrib Dokter Ramzi Shakir memberi tahu setelah melihat hasil foto CT scan kepalaku, aku harus dioperasi. Ada gumpalan darah beku yang harus dikeluarkan”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:45)
Tempat yang terjadi saat itu adalah terjadi di rumah sakit. Terlihat dari perkataan yang menyangkut dengan kata operasi.
B. Waktu
a. Siang hari
          “Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar ditengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:15)
Terbukti bahwa waktu berlangsungnya terjadi pada siang hari yaitu terlihat dari kata tengah hari ini. Kata tengah hari ini membuktikan bahwa telah menunjukkan waktu siang hari.
C. Suasana
a. Menyedihkan
            Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip. Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang benig itu tertutup rapat, kuperiksa nafasnya telah tiada. Nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya tiada lagi terdengar detaknya. Aku tak kuasa menahan derasnya lelehan airmata. Aisha juga. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun”.
 (Ayat Ayat Cinta, 2005:402)
Suasana yang terjadi saat itu adalah menyedihkan sekali. Ketika Maria harus pergi untuk selama-lamanya menghadap kepada sang illahi. Saat itu  yang berada tepat disampingnya adalah Fahri dan Aisha. Mereka berdua merasa sangat kehilangan sekali.
b.Menyenangkan
            Tepat saat adzan ashar berkumandang mereka sampai di masjid tempat     akad nikah akan dilangsungkan. Sudah banyak teman-teman mahasiswa         Indonesia dan mahasiswa Turki yang sampai di sana. Aisha dan dua             bibinya langsung menuju lantai dua tempat jamaah wanita. Acara    dilangsungkan di depan mihrab masjid. Syaikh Ustman, Syaikh Prof.Dr.        Abdul Ghafur Ja’far, Bapak Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali   dan beberapa syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk dengan          khidmat tepat di depan mihrab menghadap ke arah jamaah dan hadirin          yang memenuhi masjid”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:375)
Suasana menjadi sangat menyenangkan ketika Aisha dan Fahri sedang melangsungkan pernikahan di sebuah masjid. Betapa senangnya mereka berdua beserta para kerabat dekatnya.
c.Menegangkan
“Persidangan kedua sangat menegangkan. Tuan Boutros hadir         memberikan kesaksiannya. Beliau membantah keteranagn Noura”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:343)
Terbukti bahwa hal yang menegangkan terjadi di dalam ruang sidang. Persidangan yang akan menentukan nasib Fahri unyuk ke depannya.

5. Menganalisis dari segi alur atau plot
Alur yang terjadi pada novel “Ayat Ayat Cinta” adalah alur maju.
Dapat dibuktikan dengan:
1.        Tahap perkenalan :
            Pada saat Fahri mulai berpendidikan di Universitas Al-Azhar dan tinggal di flat bersama reka mahasiswa dari Indonesia, kemudian kenal dengan tetangga dekatnya yaitu Maria sekeluarga. Serta menjalankan perkuliahan sebagaman mestinya serta mengenal orang-orang Mesir diantaranya Syaikh Usman, Syaikh Ahmad dan tak lupa teman teman aktifis dari Mesir juga teman sepermainan Fahri pada saat main bola.
2.    Tahap pertikaian :
Dimulai pada saat mal hari disana ada gadis yang disiksa, dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa dibawah dekat flat Fahri dan kedengaran oleh Fahri, dia hendak mau menolong, tapi Fahri enggan, karena dia seorang gadis perempuan, kemudian dia meminta tolong Maria untuk menolong Noura, walaupun Maria takut oleh Bahadur ayah Noura, dia terpaksa dan akhirnya Noura tertolong dan Noura di titipkan di Nurul.
            Adapun pertikaian pada saat pertikaian Fahri saat Fahri Pulang dari Alexsandria berbulan madu, dia di tangkap karena di tuduh memperkosa seorang gadis mesir yaitu Noura.dan Fahri tidak sempat menjelaskan pada Istrinya Noura. Kemudian pada saat kemudian adapulan tertentangan sengit pada saat Fahri sedang diadili dan pengakuan Noura karena telah di perkosa oleh Fahri pada saat dia menolong, sedangkan Fahri tidak mersa melakukan hal tersebut, di dukung oleh pengakuan seorang masyarakat yang tinggal di flat dekat Fahri, hal tersebut membuat Fahri kecewa atas perlakuan Noura yang telah memfitnah Fahri.
3.    Tahap klimaks :
            Saat Fahri di dalam penjara di tuduh dan di siksa habis-habisan dan dan dipenjara di bawah tanah, krena telah menghamili Noura gadis yang ditolong Fahri dari kekejaman Bahadur, disana Fahri mengalami kesediahan yang luarbisa karena pertama. Penyiksaan dan di tahan dalanm penjara bawah tanah, sedangkan Aisah sedang mengalami hamil yang pertama,kedua. Bulan tersebut adalah bulan Ramadhan yang mana Fahri dan Aisah merencanakan Umroh pada saat bulan Ramadhan,hal tersebut hal yang dinantikan oleh mereka berdua, tapi malah sebaliknya mereka mengalamicobaan yang perih. Ketiga Pada saat persidangan Fahri dituduh habis-habisan oleh pengaduan Noura dan salah seorang saksi yang melihat kejadian itu, yang memperkuat bahwa Fahri bersalah dan bakalan dihukum mati. Keempat Fahri tidak mempunyai bukti bahwa ia tidak bersalah, kecuali salah satu kunci utama dalam memecahkan kasus ini adalah Maria sebagai saksi yang bisa membebaskan fahri, sedangkan maria sedang terbaring koma.
4.    Tahap peleraian :
            Akhirnya jalan satu-satunya Fahri terpaksa menikahi Maria yang terbaring koma, karena alasan dia akan sembuh apabila di sentuh oleh Fahri, serta Fahri tertekan akan beberapa hal termsauk dari Aisah dan orang tua Maria.yaitu pertama saksi kunci dalam kasus ini adalah Maria. Kedua. Fahri cemas dan bertanggung jawab atas Aisah yang sedang mengandung, ia pengen Fahri segera bebeas dan ia ingin bahwa pada saat melahirkan anaknya Fahri harus hadir di sisinya, dan Aisah pun mengijinkan Fahri menikahi Maria secepatnya. Dan akhirnya Mereka Menikah dan dan Maria sembuh dengan sentuhan Fahri, walaupun dia masih duduk di Bantu dengan kuris roda, dan dia bis menjadi saksi kunci kasus Fahri Dengan Noura. Dan Alhamdulilah kebenaran selalu menang Fahri Bebas dengan kekasian Maria, serta kejujuran Noura kenapa dia melakuakn hal sehina tersebut karena dia mencintai Fahri. dan saksi yang melihat merupakan saksi palsu.
5.    Tahap akhir :
            Fahri memiliki dua orang istri yang sholeh yang pertama Aisah dan yang Kedua Maria yang masih sakit-sakitan karena dia terlalu emosi pada saat persidangan, dan akhirnya maria di rawat kembali, dan pada saat dia dirawat ada keanehan yang terjadi pada Maria, yaitu maria tertidur dan bermimpi tiba di 7 pintu sorga dan dia mau masuk karena kenikmatanya, ternyata dia tidak di perbolehkan masuk samapai pintu keenam dan pintu terakhir dia bolh masuk tapi dengan syarat yaitu pertama harus mempunyai wudlu dan syahadat, kemudian dia kembali pulang dan seseorang itu menunggu kembalinya Maria. Maria terbanun dan dihadapannya ada Fahri dan Aisah, dia meminta tolong untuk melakukan wudlu dan syahadat, kemudian Fahri membantu dan ia bercerita kejadian di dalam mimpinya, kemudian Maria Meminta Fahri dan Aisah untuk memngajarkan syahadat, pada saat selesai syahadat, maka selesai pula riwayat Maria dia meninggal dengan diakhiri Dua Kalimah Syahadat, ada pesan ketika ngobrol dengan Fahri juga Aisah, Maria akan menunggu Fahri di sorga Firdaus untuk memadu cinta dan kasih.
6.    Menganalisis dari segi amanat
Dalam novel Ayat Ayat Cinta ini dapat diambil amanat atau hikmahnya yaitu dalam merencanakan sesuatu pasti akan ada halangan dan rintangan yang menghadang, tujuan yang hendak dicapai didepan mata belum tentu akan berjalan denga\n mulus.  Semakin banyak ilmu atau pengetahuan yang di terima atau di dapat, maka semakin banyak pula hambatan dan godaan yang harus dilewati dan dipecahkan. Dengan hati yang sabar dan ikhlas kita hatus yakin akan bahwa pasti ada hikmah di balik itu semua.

7.    Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai dalam novel “Ayat Ayat Cinta” ini adalah sudut pandang orang pertama.
Dapat dibuktikan dengan:
“Usai dari masjid aku mengajak musyawarah teman-teman satu rumah. Tak lama lagi aku akan meninggalkan mereka. Iuran sewa rumah bulan depan aku bayar sekalian. Jadi mereka tidak bertambah beban meskipun aku tidak lagi satu rumah dengan mereka. Namun aku minta tolong kepada mereka agar bulan berikutnya sudah ada yang menggantikan aku”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:243)
Terbukti bahwa novel tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal itu diperkuat dengan adanya kata “aku” dalam novel tersebut.

D.Kritik sastra
              Dari pembahasan novel “Ayat Ayat Cinta”di atas, novel ini sangat bagus sekali bila kita melihat dari sisi melawan ketindak adilan. Fahri, Maria, dan Aisha berburu-buru mencari keadilan akan dijatuhi hukumannya Fahri yang hanya tuduhan atas Noura. Akhirya keadilanpun telah datang kepada Fahri. Jika dilihat dari segi pernikahan Fahri, dirasa itu kurang pantas jika ia harus hidup berpoligami. Fahri melakukan pernikahan dua kali, yang pertama adalah bersama Aisha, dan yang kedua adalah Maria. Ia terpaksa menikahi Maria karena dipaksa oleh Aisha. Fahri melakukan hal tersebut agar dapat bebas dari penjara.

E.SIMPULAN
      Dari hasil pembahasan di atas, dapat diambil simpulan bahwa Fahri memang benar-benar anak yang baik dan taat agama. Ia mampu melawan pertindak adilan dengan dibantu oleh Maria dan Aisha. Fahri juga mau menikah dengan Maria yang dia juga nantinya akan menolong keluar dari penjara. Kini Fahri dan Aisha hidup dengan bahagia. Ceritanya sangat menakjubkan. Novel ini mampu memberikan siraman rohani pada jiwa yang kering. Selain sebagai hiburan, dapat juga memperluas wawasan kita tentang kehidupan di Mesir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar