ANALISIS NOVEL AYAT AYAT CINTA
DAN KRITIK SASTRA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam matakuliah bahasa,
yang harus dipelajari adalah mengenai bab sastra karena itu merupakan dasar
dalam pembelajaran suatu materi. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang
berarti pedoman atau ajaran. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya
seni (Wellek&Warren, 1990:3). Sastra juga merupakan kegiatan yang
menjadikan diri kita menjadi lebih kreatif, lebih inovatif, dan dapat berpikir
lebih kritis. Dalam sastra terdapat berbagai macam teori antara lain
formalisme, marxisme, strukturalisme, resepsi sastra, feminisme, semiotika, dan
psikoanalisis.
Dalam sastra tentunya
juga akan terbesit dalam diri untuk menciptakan sebuah karya sastra. Karya
sastra adalah sesuatu hal yang berhasil diciptakan oleh pengarang itu sendiri.
Sastra dan karya sastra cukup erat kaitanya dengan ilmu sosial yang mencakup
hubungan masyarakat dengan peristiwa yang terjadi di kehidupan. Kebanyakan dari
karya sastra banyak yang mengaitkan antara diri penulis dengan apa yang ada di
alam nyata. Terkadang ada juga pengarang yang hanya berimajinatif belaka dalam
membuat karya sastra untuk menuangkan ide-idenya tersebut.
Dalam makalah ini
penulis nantinya akan mengkaji mengenai teori strukturalisme. Teori
strukturalisme akan membahas mengenai isi novel secara utuh atau secara
keseluruhan yang mengacu pada kritik sastra. Kajian model ini dapat dikatakan sebagai unsur
instrinsik. Dalam novel Ayat Ayat Cinta nantinya penulis akan membahas mengenai
tema, alur, penokohan, perwatakan, sudut pandang, dan amanat. Permasalahan inilah yang ingin dikaji oleh penulis dalam
makalahnya ini.
2. Permasalahan
Permasalahan
yang diangkat dari novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy
adalah berbagai unsur instrinsik yang juga terdapat dalam novel tersebut. Dari
batasan masalah di atas, permasalahan dalam pembahasan ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menerapkan teori strukturalisme pada novel
“Ayat Ayat Cinta”?
2. Bagaimana cara kritik sastra pada novel “Ayat Ayat
Cinta”?
3.
Tujuan Pembahasan
Tujuan
pembahasan dari novel Ayat Ayat Cinta ini adalah menerapkan teori
strukturalisme serta mengkritik sastra pada novel tersebut.
4.
Manfaat Pembahasan
Pada pembahasan ini diharapkan mampu
memberikan tambahan wawasan kepada pembaca dalam menganalisis sebuah karya
sastra dari teori strukturalisme serta mengkritik sastra yang berguna untuk
menambah dan mengembangkan kemampuan pembelajaran sastra melalui kegiatan
menganalisis sebuah karya sastra.
5. Definisi Operasional
Pada
pembahasan makalah ini, istilah-istilah yang akan digunakan adalah:
1.
Teori
strukturalisme adalah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang
menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks.
2.
Tema adalah ide
pokok yang mendasari suatu cerita
3.
Tokoh adalah para
pemain yang ada di dalam cerita dan digunakan penulis sebagai perantara untuk
menyampaikan nilai-nilai dalam cerita.
4.
Perwatakan adalah
karakter, sifat, dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing tokoh yang
ada dalam cerita. Perwatakan ini dapat berupa gambaran fisik atau sifat dan
dapat disampaikan secara tersurat maupun tersirat.
5.
Setting atau latar
adalah tempat, waktu, dan suasana yang digambarkan dalam suatu cerita.
6.
Alur atau plot
adalah jalan cerita yang menampilkan peristiwa demi peristiwa yang terjadi
dalam cerita.
7.
Amanat adalah niali
atau pesan yang disampaikan penulis untuk pembaca melalui cerita yang
disuguhkan.
8.
Sudut pandang
adalah cara pengarang memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya
pada posisi tertentu.
B.
KAJIAN PUSTAKA dan PENDEKATAN YANG DIPAKAI
1.
Kerangka Teori
1.1 Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme
yang dipakai pada pembahasan kali ini mengacu pada novel
Ayat Ayat Cinta. Dalam karya Saussure secara
berurutan karya para penulis aliran Praha, strukturalisme muncul sebagai
pendekatan terhadap linguistik. Namun dalam bentuk teori sosial, strukturalisme
paling tepat didefinisikan sebagai penerapan model-model linguistik yang dipengaruhi
oleh linguistik struktural untuk menjabarkan fenomena sosial dan kultural.
Dalam
wacana ilmu-ilmu sosial, strukturalisme merupakan penerapan analisis bahasa ke
wilayah sosial. Realitas sosial adalah teks atau bahasa dan bahasa selalu
memiliki dua sisi, bahasa
sebagai parole (tuturan percakapan lisan sebagai sisi eksekutif bahasa) dan
sebagai langue (sistem tanda atau tata bahasa), dan sebagai “tanda” (sign),
dalam bahasa ada dua aspek: “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified).
Semenjak strukturalisme inilah muncul pendapat bahwa bahasa sebagai sistem
tanda bersifat arbiter.
Percampuran antara ilmu sosial dan
ilmu bahasa telah melahirkan perspektif baru yang membuka jalan bagi
perkembangan kedua bidang ilmu tersebut. Ilmu bahasa semakin berkembang berkat
penemuan-penemuan dalam bidang antropologi. Demikian juga
yang terjadi pada ilmu sosial atau antropologi yang perkembangannya banyak
dipengaruhi oleh para
ahli bidang linguistik.
2.Pendekatan yang dipakai
Dalam pembahasan ini, pendekatan
yang dipakai adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural adalah suatu
cara pendekatan kepada karya sastra yang mengacu pada kritik sastra yang
didasarkan pada model analisis teori linguistik modern.
C. PEMBAHASAN ANALISIS DATA
Menerapkan teori strukturalisme pada novel “Ayat
Ayat Cinta”
1.
Menganalisis
dari segi tema
Tema yang dapat diambil dalam novel “Ayat Ayat Cinta”
karya Habiburrahman El Shirazy yaitu
bertema perjuangan dalam melawan ketidakadilan.
Dapat dibuktikan dengan:
“Fahri harus menjalani hukuman di
penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Di persidangan Noura yang tengah hamil itu
memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah anak Fahri. Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan
Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam
itu yaitu malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam di mana Fahri
memperkosanya. Maria sedang terluka lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta
yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Atas desakan Aisha, Fahri
pun menikahi Maria. Pernikahan itu berlangsung di rumah sakit. Aisha berharap dengan
mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma
panjangnya. Aisha berharap agar harapannya menjadi kenyataan. Akhirnya Maria dapat membuka matanya
dan bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Fahri pun terbebas dari
tuduhan Noura. Satu persatu orang Indonesia yang ada di dalam ruangan itu
memberi selamat dengan wajah baru. Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar Fahri memaafkan Noura”.
Dari kutipan novel “Ayat Ayat Cinta” di atas, dapat kita
simpulkan bahwa cerita tersebut mengambil tema perjuangan dalam melawan ketidakadilan. Perjuangan yang dilakukan oleh Aisha untuk Fahri.
Aisha tahu bahwa waktu itu Maria yang bersama Noura malam itu yaitu malam yang Noura sebut dalam persidangan
sebagai malam di mana Fahri memperkosanya. Akhirnya kebusukan Noura terungkap di hadapan
khalayak umum. Noura merasa malu dihapan umum. Namun Fahri telah memaafkan
Noura.
2.
Menganalisis
dari segi tokoh
Dalam sebuah novel
pastinya selalu ada tokoh utama dan tokoh pembantu yang terlibat dalam novel
“Ayat Ayat Cinta”. Tokoh utama biasanya sering muncul di setiap cerita,
sedangkan tokoh pembantu hanya muncul sesekali saja, tidak terlalu sering
seperti tokoh utama.
Tokoh utama dalam novel “Ayat Ayat Cinta” :
1.
Fahri
2.
Maria
3.
Aisha
4.
Nurul
5.
Noura
Tokoh pembantu dalam novel “Ayat Ayat Cinta” :
1.
Saiful
2.
Hamdi
3.
Tuan Boutros
4.
Madame Nahed
5.
Bahadur
6.
Madame Syaima
7.
Eqbal Hakan Erbakan
3. Menganalisis dari segi perwatakan
Dalam novel “Ayat Ayat
Cinta” ini, para pemerannya memiliki perwatakan atau penokohannya
sendiri-sendiri. Semuanya itu dapat
dilihat dari karakter, sifat, dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing
tokoh yang ada dalam cerita. Perwatakan ini dapat berupa gambaran fisik atau
sifat dan dapat disampaikan secara tersurat maupun tersirat.
Dapat dibuktikan dengan :
Tokoh utama:
1.
Fahri : Rajin, pintar, sabar, tepat waktu,
ikhlas, ulet, penolong,
sholeh, aktifis, pintar dalam memimpin, dan penuh dengan
target.
“Sekarang Fahri terfokus pada ujian yang sangat
menentukan. Jika proposalnya ditolak
maka ia harus menunggu setengah tahun lagi untuk mengajukan
proposal baru”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:78)
Terbukti bahwa Fahri merupakan anak yang rajin. Ia harus tetap terfokus
dengan kelulusan yang sudah ada di depan mata.
2. Maria : Ceria,
rajin, pintar, fisik lemah, dan manja.
“Bisa nitip?”
“Belikan disket. Dua. Aku malas sekali keluar”.
“Baik, insyaallah”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:78)
Terbukti bahwa Maria memiliki sifat manja dan fisik lemah. Ia malas untuk
keluar sehingga harus titip dibelikan disket oleh Fahri
3.
Aisha : Cermat, lembut, sabar, ikhlas, pintar,
sholehah, dan baik hati.
“Selesai pelatihan kami
mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke Alexandria. Dengan cermat Aisha
mendata semua keperluan yang harus dibawa”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:293)
Terbukti bahwa Aisha memiliki sifat yang cermat dan
teliti sekali dalam melakukan segala hal. Hal ini dapat mengurangi hal
kecerobohan dalam melakukan suatu tindakan.
4.
Nurul : Rajin, pintar, kaku, emosi, dan sholeh.
“Nurul memberikan
kesaksian dengan suara terbata-bata menahan emosi”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:344)
Terbukti
bahwa Nurul dapat mengendalikan emosinya walaupun ia sedang dalam posisi marah.
5.
Noura : Tertutup, sulit di tebak, pintar, jahat, dan pendiam.
“Ia tidak mau mengaku.
Hanya itu yang bisa kudapat. Kami sekeluarga hanya
bisa membantu sampai di sini”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:81)
Terbukti
bahwa Noura orangnya sangat tertutup. Ia tidak mau menceritakan hal yang
dialaminya kepada orang lain. Dia hanya menyimpan dalam hatinya saja.
Tokoh
pembantu:
1.
Saiful: baik hati
“Saif. Jangan lupa
pesanku tadi!” kembali aku mengingatkan sebelum membuka pintu.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:20)
Terbukti
bahwa Saiful sangat baik hati, ia mau membelikan pesanan yang dipesan oleh
Fahri.
2.
Hamdi: baik hati
“Sudah bawa air putih,
Mas?”
(Ayat Ayat Cinta, 2005:19)
Terbukti
bahwa Hamdi memiliki sifat baik hati.
3.
Tuan Boutros : baik hati
“Akhirnya tuan Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restoran mewah. Cleopatra restaurant namanya. Terletak
di pinggir sungai Nil. Bersebelahan dengan good
shot dan maadi yacht club”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:285)
Terbukti bahwa Tuan Boutros sangat baik hati. Beliau
mengajak Fahri beserta teman-temannya untuk malan malam di pinggir sungai Nil.
4.
Madame Nahed : baik hati dan murah hati
Madame Nahed tersenyum,
“Oh ya, dengan senang hati.”
(Ayat Ayat Cinta, 2005:124)
Terbukti
bahwa Madme Nahed sangat baik hati, mempersilahkan Fahri untuk duduk di kursi
depan.
5.
Bahadur : jahat, dendam, kasar, dan tidak bisa menghargai orang lain.
“Ayah Noura yang bernama
Bahadur itu memang keterlaluan. Bicaranya kasar
dan tidak bisa menghargai orang. Seluruh tetangga di apartemen ini dan masyarakat sekitar jarang yang mau
berurusan dengan Si Hitam Bahadur”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:74)
Terbukti
bahwa Bahadur memiliki watak yang jahat. Ia tega menyeret anaknya saat tengah
malam. Kejadian itu tidak terjadi satu dua kali saja, tetapi hampir setiap hari
terjadi.
6.
Madame Syaima : jahat
“Madame Syaima tidak
memperdulikan walaupun Noura dipukul oleh ayahnya”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:78)
Terbukti
bahwa watak Madame Syaima juga jahat. Ia tidak memperdulikan anaknya yang
bernama Noura walaupun sedang disiksa oleh ayahnya.
7.
Eqbal Hakan Erbakan : baik hati
“Sampai di halaman rumah Eqbal aku
melihat tiga mobil mewah berjajar. Rumahnya
ada di lantai tiga sebuah villa mewah tak jauh dari KFC Maadi. Sebelum masuk kuhapus airmata, kutata
hati, dan jiwa. Aku berusaha tersenyum.
Aku disambut hangat oleh Eqbal”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:234)
Terbukti bahwa paman Fahri yang bernama Eqbal tersebut sangat menyayangi
Fahri sebagai keponakan. Ia menyambut hangat saat Fahri datang ke rumahnya.
4.
Menganalisis dari segi Setting atau latar
Dalam menganalisis setting sebuah novel, ada tiga hal yang harus
dianalisis yaitu tempat, waktu, dan suasana.
A. Tempat
a.
Mesir Kairo Al-azhar
“Tengah hari ini, kota Kairo seakan
membara. Matahari berpijar ditengah petala langit. Seumpama lidah api yang
menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka.
Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara
semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam
flat, yang ada dalam apartemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela,
dan tirai tertutup rapat”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:15)
Dalam petikan kata yang
diambil dari novel sudah terbukti dengan bahwa tempat berlangsungya cerita
novel ini ad di kota Kairo.
b. Flat
“Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruanagn jauh
lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat
berjamaah di masjid.
Panggilan azan Zuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero kota
hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar tebal
imannya.
Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim
dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam terjangan ombak, terpaan
badai, dan sengatan matahari. Ia tiada kenal kesah, tetap teguh berdiri seperti
yang dititahkan Tuhan bertasbih siang malam”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:15)
Dalam cuplikan dari novel
“Ayat Ayat Cinta” tersebut menyebutkan bahwa tempat juga terjadi di dalam flat.
Flat adalah sebuah hunian sejenis apartemen.
c. San Stefano, Alexandria
“Selesai pelatihan kami mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke
Alexandria. Dengan cermat Aisha mendata semua keperluan yang harus dibawa”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:293)
Terbukti bahwa tempat juga
terjadi di daerah Alexandria.
d. Masjid
“Panggilan iqamat
terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu terdengar sangat menentramkan
hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masih terbuka
lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah Masjid
Al-Fath Al-Islami”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:29)
Dengan menggunakan kata
kunci kata-kata iqamat, itu telah membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi
di dalam masjid
e.Restoran
“Akhirnya tian Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restoran mewah. Cleopatra restaurant namanya. Terletak
di pinggir sungai Nil. Bersebelahan dengan good
shot dan maadi yacht club”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:285)
Sudah terlihat jelas bahwa
tempat saat itu adalah restoran.
f.Penjara
“Aku dibawa ke markas polisi Abbasca. Diseret sperti anjing kurap. Lalu
diinterogasi habis-habisan, dibentak-bentak, dimaki-maki dan disumpahserapahi
dengan kata-kata kotor”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:307)
Terbukti bahwa tempat pada
saat itu adalah penjara. Terlihat dariata kuncinya yaitu markas polisi.
g.Rumah sakit
“Menjelang maghrib Dokter Ramzi Shakir memberi tahu setelah melihat hasil
foto CT scan kepalaku, aku harus dioperasi. Ada gumpalan darah beku yang harus
dikeluarkan”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:45)
Tempat yang terjadi saat
itu adalah terjadi di rumah sakit. Terlihat dari perkataan yang menyangkut
dengan kata operasi.
B. Waktu
a. Siang hari
“Tengah hari ini, kota Cairo seakan
membara. Matahari berpijar ditengah petala langit. Seumpama lidah api yang
menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau
neraka”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:15)
Terbukti bahwa waktu
berlangsungnya terjadi pada siang hari yaitu terlihat dari kata tengah hari
ini. Kata tengah hari ini membuktikan bahwa telah menunjukkan waktu siang hari.
C. Suasana
a. Menyedihkan
“Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip.
Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang benig
itu tertutup rapat, kuperiksa nafasnya telah tiada. Nadinya tiada lagi
denyutnya. Dan jantungnya tiada lagi terdengar detaknya. Aku tak kuasa menahan
derasnya lelehan airmata. Aisha juga. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:402)
Suasana yang terjadi saat itu adalah menyedihkan
sekali. Ketika Maria harus pergi untuk selama-lamanya menghadap kepada sang
illahi. Saat itu yang berada tepat
disampingnya adalah Fahri dan Aisha. Mereka berdua merasa sangat kehilangan
sekali.
b.Menyenangkan
“Tepat saat adzan ashar berkumandang mereka sampai di masjid tempat akad nikah akan dilangsungkan. Sudah banyak teman-teman mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Turki yang sampai di sana. Aisha dan dua bibinya langsung menuju lantai dua tempat jamaah wanita. Acara dilangsungkan di depan mihrab masjid. Syaikh Ustman, Syaikh Prof.Dr.
Abdul Ghafur Ja’far, Bapak Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali dan beberapa syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk dengan khidmat tepat di depan mihrab menghadap ke arah jamaah dan hadirin yang memenuhi masjid”.
(Ayat Ayat Cinta, 2005:375)
Suasana menjadi sangat menyenangkan ketika Aisha
dan Fahri sedang melangsungkan pernikahan di sebuah masjid. Betapa senangnya
mereka berdua beserta para kerabat dekatnya.
c.Menegangkan
“Persidangan kedua sangat
menegangkan. Tuan Boutros hadir memberikan
kesaksiannya. Beliau membantah keteranagn Noura”.
(Ayat Ayat Cinta,
2005:343)
Terbukti bahwa hal yang
menegangkan terjadi di dalam ruang sidang. Persidangan yang akan menentukan
nasib Fahri unyuk ke depannya.
5. Menganalisis dari
segi alur atau plot
Alur yang terjadi pada novel “Ayat Ayat Cinta” adalah alur maju.
Dapat dibuktikan dengan:
1.
Tahap perkenalan :
Pada saat Fahri mulai berpendidikan di
Universitas Al-Azhar dan tinggal di flat bersama reka mahasiswa dari Indonesia,
kemudian kenal dengan tetangga dekatnya yaitu Maria sekeluarga. Serta
menjalankan perkuliahan sebagaman mestinya serta mengenal orang-orang Mesir
diantaranya Syaikh Usman, Syaikh Ahmad dan tak lupa teman teman aktifis dari
Mesir juga teman sepermainan Fahri pada saat main bola.
2.
Tahap pertikaian :
Dimulai pada
saat mal hari disana ada gadis yang disiksa, dan gadis itu adalah Noura, dia disiksa
dibawah dekat flat Fahri dan kedengaran oleh Fahri, dia hendak mau menolong,
tapi Fahri enggan, karena dia seorang gadis perempuan, kemudian dia meminta
tolong Maria untuk menolong Noura, walaupun Maria takut oleh Bahadur ayah
Noura, dia terpaksa dan akhirnya Noura tertolong dan Noura di titipkan di
Nurul.
Adapun pertikaian pada saat pertikaian Fahri
saat Fahri Pulang dari Alexsandria berbulan madu, dia di tangkap karena di
tuduh memperkosa seorang gadis mesir yaitu Noura.dan Fahri tidak sempat menjelaskan
pada Istrinya Noura. Kemudian pada saat kemudian adapulan tertentangan sengit
pada saat Fahri sedang diadili dan pengakuan Noura karena telah di perkosa oleh
Fahri pada saat dia menolong, sedangkan Fahri tidak mersa melakukan hal
tersebut, di dukung oleh pengakuan seorang masyarakat yang tinggal di flat
dekat Fahri, hal tersebut membuat Fahri kecewa atas perlakuan Noura yang telah
memfitnah Fahri.
3.
Tahap klimaks :
Saat Fahri di dalam penjara di tuduh dan di
siksa habis-habisan dan dan dipenjara di bawah tanah, krena telah menghamili
Noura gadis yang ditolong Fahri dari kekejaman Bahadur, disana Fahri mengalami
kesediahan yang luarbisa karena pertama. Penyiksaan dan di tahan dalanm penjara
bawah tanah, sedangkan Aisah sedang mengalami hamil yang pertama,kedua. Bulan
tersebut adalah bulan Ramadhan yang mana Fahri dan Aisah merencanakan Umroh
pada saat bulan Ramadhan,hal tersebut hal yang dinantikan oleh mereka berdua,
tapi malah sebaliknya mereka mengalamicobaan yang perih. Ketiga Pada saat
persidangan Fahri dituduh habis-habisan oleh pengaduan Noura dan salah seorang
saksi yang melihat kejadian itu, yang memperkuat bahwa Fahri bersalah dan
bakalan dihukum mati. Keempat Fahri tidak mempunyai bukti bahwa ia tidak
bersalah, kecuali salah satu kunci utama dalam memecahkan kasus ini adalah
Maria sebagai saksi yang bisa membebaskan
fahri, sedangkan maria sedang terbaring koma.
4.
Tahap peleraian :
Akhirnya jalan satu-satunya Fahri terpaksa
menikahi Maria yang terbaring koma, karena alasan dia akan sembuh apabila di
sentuh oleh Fahri, serta Fahri tertekan akan beberapa hal termsauk dari Aisah
dan orang tua Maria.yaitu pertama saksi kunci dalam kasus ini adalah Maria.
Kedua. Fahri cemas dan bertanggung jawab atas Aisah yang sedang mengandung, ia
pengen Fahri segera bebeas dan ia ingin bahwa pada saat melahirkan anaknya
Fahri harus hadir di sisinya, dan Aisah pun mengijinkan Fahri menikahi Maria
secepatnya. Dan akhirnya Mereka Menikah dan dan Maria sembuh dengan sentuhan
Fahri, walaupun dia masih duduk di Bantu dengan kuris roda, dan dia bis menjadi
saksi kunci kasus Fahri Dengan Noura. Dan Alhamdulilah kebenaran selalu menang
Fahri Bebas dengan kekasian Maria, serta kejujuran Noura kenapa dia melakuakn
hal sehina tersebut karena dia mencintai Fahri. dan saksi yang melihat
merupakan saksi palsu.
5.
Tahap akhir :
Fahri memiliki dua orang
istri yang sholeh yang pertama Aisah dan yang Kedua Maria yang masih
sakit-sakitan karena dia terlalu emosi pada saat persidangan, dan akhirnya
maria di rawat kembali, dan pada saat dia dirawat ada keanehan yang terjadi
pada Maria, yaitu maria tertidur dan bermimpi tiba di 7 pintu sorga dan dia mau
masuk karena kenikmatanya, ternyata dia tidak di perbolehkan masuk samapai
pintu keenam dan pintu terakhir dia bolh masuk tapi dengan syarat yaitu pertama
harus mempunyai wudlu dan syahadat, kemudian dia kembali pulang dan seseorang
itu menunggu kembalinya Maria. Maria terbanun dan dihadapannya ada Fahri dan
Aisah, dia meminta tolong untuk melakukan wudlu dan syahadat, kemudian Fahri
membantu dan ia bercerita kejadian di dalam mimpinya, kemudian Maria Meminta
Fahri dan Aisah untuk memngajarkan syahadat, pada saat selesai syahadat, maka
selesai pula riwayat Maria dia meninggal dengan diakhiri Dua Kalimah Syahadat,
ada pesan ketika ngobrol dengan Fahri juga Aisah, Maria akan menunggu Fahri di
sorga Firdaus untuk memadu cinta dan kasih.
6.
Menganalisis dari segi amanat
Dalam novel Ayat Ayat Cinta ini dapat diambil amanat atau hikmahnya yaitu dalam merencanakan sesuatu pasti akan
ada halangan dan rintangan yang menghadang, tujuan yang hendak dicapai didepan mata belum tentu
akan berjalan denga\n mulus. Semakin banyak ilmu atau pengetahuan yang di terima atau di dapat, maka semakin banyak pula
hambatan dan godaan yang harus dilewati dan dipecahkan. Dengan hati yang sabar dan ikhlas kita hatus yakin akan bahwa pasti ada hikmah di balik itu semua.
7.
Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai dalam novel “Ayat Ayat Cinta” ini adalah sudut
pandang orang pertama.
Dapat dibuktikan dengan:
“Usai dari masjid aku mengajak musyawarah teman-teman satu rumah. Tak lama
lagi aku akan meninggalkan mereka. Iuran sewa rumah bulan depan aku bayar
sekalian. Jadi mereka tidak bertambah beban meskipun aku tidak lagi satu rumah
dengan mereka. Namun aku minta tolong kepada mereka agar bulan berikutnya sudah
ada yang menggantikan aku”.
(Ayat
Ayat Cinta, 2005:243)
Terbukti bahwa novel
tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal itu diperkuat dengan
adanya kata “aku” dalam novel tersebut.
D.Kritik sastra
Dari pembahasan novel “Ayat Ayat
Cinta”di atas, novel ini sangat bagus sekali bila kita melihat dari sisi
melawan ketindak adilan. Fahri, Maria, dan Aisha berburu-buru mencari keadilan
akan dijatuhi hukumannya Fahri yang hanya tuduhan atas Noura. Akhirya
keadilanpun telah datang kepada Fahri. Jika dilihat dari segi pernikahan Fahri,
dirasa itu kurang pantas jika ia harus hidup berpoligami. Fahri melakukan
pernikahan dua kali, yang pertama adalah bersama Aisha, dan yang kedua adalah
Maria. Ia terpaksa menikahi Maria karena dipaksa oleh Aisha. Fahri melakukan
hal tersebut agar dapat bebas dari penjara.
E.SIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas,
dapat diambil simpulan bahwa Fahri memang benar-benar anak yang baik dan taat
agama. Ia mampu melawan pertindak adilan dengan dibantu oleh Maria dan Aisha.
Fahri juga mau menikah dengan Maria yang dia juga nantinya akan menolong keluar
dari penjara. Kini Fahri dan Aisha hidup dengan bahagia. Ceritanya sangat
menakjubkan. Novel ini mampu memberikan siraman rohani pada jiwa yang kering.
Selain sebagai hiburan, dapat juga memperluas
wawasan kita tentang kehidupan di Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar